Menganalisa Kerugian Pertamina Mencapai Rp 11 Triliun

454
Menganalisa-Kerugian-Pertamina-Mencapai-Rp-11-Triliun
Penjualan bahan bakan minyak (BBM) di salah satu SPBU Pertamina Kawasan Tanah Abang, Jakarta. (Antara)

JAKARTA, MitraNews.coPT. Pertamina (Persero) mencatat kerugian hingga US$ 767, 92 juta atau sekitar Rp 11, 13 triliun( kurs Rp 14. 500). Pengamat Ekonomi Tenaga Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan ini merupakan rekor kerugian paling tinggi sepanjang 10 tahun terakhir.

Ia menyebut penyusutan lifting minyak merupakan penyumbang terbanyak terhadap penyusutan penjualan ekspor migas, ini yang menyebabkan Pertamina merugi.

Fahmy mengatakan semestinya pemasukan penjualan BBM dapat bertambah pasalnya Pertamina tidak menurunkan harga BBM pada disaat saat harga minyak dunia lagi terpuruk sepanjang 2020.

” Dalam keadaan merugi itu, keputusan Pertamina untuk akuisisi ladang minyak di luar negara merupakan keputusan blunder, yang hendak memperbesar kerugian Pertamina pada semester II- 2020,” kata dia, Selasa (25/ 8/ 2020).

Alasannya, menurut ia investasi tersebut tidak dapat dibiayai dari sumber internal laba ditahan, tetapi dibiayai dari sumber eksternal utang, yang akan semakin memperbesar biaya bunga sehingga memberatkan kerugian

Selain tidak ada laba ditahan, setoran deviden serta pajak juga hendak mengalami penyusutan drastis. Demikian pula dengan partner serta kontraktor yang sepanjang ini bekerja sama dengan Pertamina tentu hendak terkena imbasnya.

Jangan sampai PHK di Pertamina dan para partner terjadi sehingga memperbesar jumlah PHK di Indonesia.

perwakilan-rumah-sakit-malaysia-di-indonesia

Dalam keadaan tersebut, Pertamina tidak dapat turut berfungsi dalam memberikan donasi terhadap sumber dana APBN, pembukaan lapangan pekerjaan, serta perkembangan ekonomi, dan pencegahan ancaman resesi ekonomi Indonesia

” Dalam keadaan merugi, yang menempatkan Pertamina sebagai liabilities (beban), bukan aset bangsa,” jelasnya.

Sementara Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro menarangkan kondisi ekonomi yang susah ini memanglah membuat kinerja keuangan Pertamina semakin tertekan serta menyebabkan bisnis mengalami penyusutan di seluruh sektor termasuk migas.

” Kalau saya melihatnya karena keadaan pandemi serta berbagai sisi, tetapi jika ada yang mengaitkan ke komut (Komisari Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama/ Ahok) ini wajar. Sebab pak komut juga suka overclaim,” jelasnya.

 

Source: detik.com